Petugas Haji Kloter 1 Embarkasi Banjarmasin 2010

Ketua Kloter (TPHI) : Drs.H.Munadi Sutera Ali, M.M.Pd. Pembimbing Ibadah : H.Sarmadi Mawardi,Lc.,S.Pd.I Dokter (TKHI) : dr.Hj.Nor Salehah Paramedis (TKHI) : H. Irpani,S.Kep Paramedis (TKHI) : H.Gunawan,S.ST. TPHD : Drs.H.Gazali Rahman,M.Si

Senin, 18 April 2011

Mereka Mengenang Sang Kiyai

Ribuan Anak Yatim Lepas KH Idham Chalid
BOGOR (Suara Karya) Ribuan yatim-piatu dan warga kurang mampu (duafa) ikut berkerumun di tengah ribuan jemaah saat menshalatkan dan memakamkan jenazah ulama besar Nahdlatul Ulama (NU) sekaligus tokoh bangsa KH Idham Chalid, Senin (12/7)

Pengurus Pesantren Darul Quran, Cisarua Bogor, KH Kholil seperti dikutip Antara mengemukakan. Perguruan Darul Quran merupakan lembaga pendidikan yang dikelola keluarga ulama besar NU kelahiran Kalimantan Selatan (Kalsel) tersebut. "Darul Quran salah satu lembaga yang dikelola Kiai Idham, selain Perguruan Darul Maarif di Cipete Jakarta," kata Kholil.Menurut KH Kholil, Pesantren Darul Quran mengembangkan sejumlah unit pendidikan yaitu SMP, SMA, pesantren, majelis talim dan panti asuhan.

"Kami mengelola panti asuhan. Anak-anak berasal dari daerah sekitar Bogor." ujarnya.Para yatim piatu dan masyarakat dhuafa yang dia-suh Darul Quran, ikut berbaur dengan jamaah dalam prosesi menyalatkan dan pemakaman jenazah Kiai Idham Chalid.Namun, mengingat kapasitas taman yang menjadi areal pemakaman sempit dan terbatas, para jamaah tidak diperbolehkan" mendekat ke liang lahat yang menjadi tempat peristirahatan terakhir Kiai Idham.

Upacara pemakaman dilakukan oleh negara dengan pengawalan ketat, sehingga yang diperbolehkan mendekat liang lahat untuk melihat terakhir kali jenazah almarhum hanya pihak keluarga terdekat, ulama kolega almarhum serta pejabat negara dan daerah yang hadir ke lokasi.Kiai Idham Chalid (88) wafat Minggu di Jakarta. Ulama besar NU dan tokoh bangsa tersebut dikena] sebagai sosok pemimpin besar multi dimensi.

Dia menduduki jabatan strategis baik di bidang keagamaan, politik maupun birokrasi dalam kurun waktu cukup lama yakni lebih dari 50 tahun, yakni mulai akhir tahun 1940-an hingga akhir 1990-an.Sejumlah jabatan yang menonjol antara lain sebagai ketua umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU| selama 28 tahun (1956-1984), Ketua DPR/MPR 1972-1977 dan Ketua DPA 1978-1983. rrnono)
( Sumber : http://bataviase.co.id )

Upacara dipimpin Menag
13 Jul 2010

* Nasional
* Pos Kota

KH Idham Chalid dimakamkan

JAKARTA (Pos Kota) -Jenazah KH Idham Chalid dimakamkan di Kompleks Pondok Pesantren Danil Quran, di Cisarua, Bogor, Jawa Barat, Senin (12/7) siang.

Menteri Agama Suryadharma Ali memimpin upacara kenegaraan dalam pemakaman mantan Ketua DPR/MPR dan mantan Ketua Umum PBNU pukul 12.00 WIB. Dipilihnya tem-pat pemakaman merupakan nazar almarhum.

KH Idham Chalid wafat di usia 88 tahun pada Minggu, pk. 08.00 WIB di kawasan pendidikan Daarul Maarif, Cipete, Jakarta Selatan, karena sakit sejak 10 tahun terakhir.

Lahir di Semi, Kalimantan Selatan 27 Agustus 1922. Ia adalah tokoh agama, tokoh bangsa, dan tokoh organisasi besar Islam Nahdlatul

Ulama dan juga deklarator sekaligus pemimpin Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Selain itu, almarhu-mum juga pernah wakil perdana menteri pada masa pemerintahan Soekarno.

"Indonesia telah kehilangan salah satu putra terbaik bangsa dengan meninggalnya Idham Chalid," ujar Kepala Negara saat melayat di rumah duka
( Sumber : http://bataviase.co.id )

3 Tokoh nasional wafat 8KH Idham Chalid Herman Sarens
12 Jul 2010

* Headline
* Pos Kota

9Rudolf Kasenda
JAKARTA (Pos Kota) -Indonesia kehilangan tiga tokoh terbaiknya dajam satu hari kemarin Minggu (11/7). Mereka adalah Brigjen (Purn) Herman Sarens Soediro, 81, KH Idham Chalid, 88, pendiri Partai Persatuan Pembangunan (PPP), dan mantan KSAL Laksamana (Purn) Rudolf Kasenda,76. Herman Sarens Soediro meninggal dunia dengan menyisakan kasus sengketa tanah seluas

29.085 m2 di Mampang, Jakarta Selatan. Pihak keluarga menyatakan, tanah tersebut dihibahkan kembali ke TNI.
"Kami dari keluarga, atas pesan almarhum menghibahkan tanah di Mampang kepada negara khususnya TNI," kata anak pertama Herman Sarens, Ferry Soediro di rumah duka. Jl Daksa I Jakarta Selatan.

Ferry berharap, masalah sengketa antara Herman dan TNI selesai. "Surat-surat tanah itu sudah atas namaanak-anaknya," imbuh Ferry. Almarhum yang akan dimakamkan di Ciamis meninggal karena serangan jantung dan sesak nafas. Almarhum meninggalkan 4 anak, 17 cucu dan 17 cicit.

KH IDHAM CHALID

Menteri Agama Suryadharma Ali (SDA) kemarin tampak melayat ke rumah duka pendiri Partai Persatuan Pembangunan (PPP) KH Idham Chalid. "Almarhum adalah guru," kata SDA usai melayat di rumah duka, Komplek Per-guruan Daarul Maarif, Jl Fatmawati, Cipete, Jakarta Se latan, Minggu (11/7).

"Waktu kecil sampai pemuda saya mengikuti sepak terjang beliau sebagai Menko Kesra, Ketua DPA, Ketua DPR, Ketua PBNU, Ketua PPP, dan Presiden PPP," ungkapnya.

Presiden SBY juga direncanakan akan melayat tokob NU tersebut. Dijadwalkan, SBY akan datang pada Senin pagi ini.

LAKSAMANA KASENDA

Satu lagi tokoh nasional yang meninggal adalah mantan KSAL Laksamana Rudolf Kasenda. Almarhum meninggal di RS Harapan Kita, Minggu (11/7) sekitar pukul 08.00 WIB.

"Jenazah disemayamkan di Kompleks Angkatan Laut, Pangkalan Jati, Jakarta Selatan," kata Nico Sompotan, kerabat dekat almarhum.

Laksamana Rudolf Kaseji-da lahir di Rantepao, Tana Toraja, Sulawesi Selatan-, pada 15 Mei 1934. Dia pernah menjabat Kepala Staf TNI Angkatan Laut dari 1986 hingga 1989.

(aby/us/6)
( Sumber : http://bataviase.co.id )

KH IDHAM CHALID, TOKOH TIGA ZAMAN-YANG MENINGGALKAN KITA

SALAH seorang putra terbaik bangsa ini berpulang ke rahmatullah. Ulama sekaligus tokoh nasional KH Idham Chalid meninggal dunia pada pukul 08.00 WIB di kediamannya di Cipete, Jakarta Selatan, Kemarin. Idham wafat pada usia 88 tahun setelah menderita sakit selama 11 tahun akibat stroke. Idham meninggalkan 16 putra-putri dan 40 cucu.

Jenazah mantan Ketua DPR/MPR itu disemayamkan di Pesantren Darul Maarif, Cipete, Jakarta Selatan, sebelum dikebumikan di Permakaman Darul Quran, Cisarua, Bogor, hari ini. Sejumlah tokoh, ulama, pejabat, dan mantan pejabat negara terlihat datang melayat, kemarin, termasuk mantan Wakil Presiden Hamzah Haz, mantan Menteri Perhubungan Agum Gumelar, Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU)

Abdul Hafiz Anshary, Wakil Ketua MPR Lukman Hakim Syaifuddin, mantan Menakertrans Fahmi Idris, Ketua Umum MUI Amidhan, dan KH Zainuddin MZ. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dijadwalkan melayat pagi ini di kediaman almarhum sebelum upacara pemakaman.

Direktur Pemberitaan LKBN Antara Saiful Hadi, yang juga salah seorang putra almarhum, kepada Media lndone-sia mengatakan almarhum meninggalkan pesan terkait dengan keberadaan yayasan yang dibangun almarhum. "Beliau berpesan agar yayasan pendidikan tersebut tidak dijadikan badan komersial dan terus dilanjutkan secara sosial oleh putra-putri beliau," kata Saiful.

Di mata KH Zainuddin MZ, Idham Chalid adalah tokoh multidimensi. "Dari segi politik, beliau tokoh yang sangat lugas. Beliau bisa bertahan di tiga zaman, pada era kemerdekaan, era Soekarno, dan sebagian era Soeharto. Beliau juga merupakan seorang ahli ulama dan orator ulung," kata Zainuddin. Idham Chalid, menurut Zainuddin, merupakan salah satu dari tiga tokoh yang ia kagumi selain Bung Karno dan Buya Hamka.

Ketua KPU Hafiz Anshary juga punya kesan tersendiri tentang almarhum. Anshary menilai Idham merupakan tokoh yang sangat berprestasi. Almarhum sudah dipercaya memegang berbagai jabatan sejak muda dan dikenang sebagai sosok yang mengharumkan nama Kalimantan Selatan. "Bagi warga Kalimantan Selatan, seperti saya, ia adalah sebuah kebanggaan," tutur Anshary. Selamat jalan Idham Chalid. C/X-9)
( Sumber : http://bataviase.co.id )

MENTERI AGAMA : KH IDHAM CHALID SOSOK TELADAN

Menteri Agama Suryadharma Ali mengatakan, KH Idham Chalid merupakan sosok teladan dalam berbagai bidang baik politik dan agama serta menjalankan tugas yang dibebankan kepadanya dengan baik. "Kami mengucapkan belasungkawa sedalam-dalamnya dan kita kehilangan putera bangsa terbaik yang mengemban tugas negara sesuai dengan tanggungjawabnya, saat mengemban tugas merupakan tauladan bagi kita," kata Suryadharma saat menjadi inspektur upacara pemakaman KH Idham Chalid di kompeks pemakaman keluarga Oarul Quran, Cisarua, Bogor, Senin.

Lebih jauh Menag mengatakan, upacara militer dalam pemakaman tokoh Nahdatul Ulama, mantan Wakil Perdana Menteri dan mantan Ketua DPR/MPR dan juga mantan ketua DPA itu merupakan bentuk penghormatan negara atas jasa KH Idham Chalid.Mewakili keluarga menyampaikan sambutan, 8upati Bogor Rachmat Yasin mengatakan pihak keluarga menyampaikan ucapan terima kasih atas penghormatan yang diberikan kepada KH Idham Chalid. "Ia merupakan ulama yang lengkap, menguasai ilmu agama dan juga ilmu sosial lainnya. Menguasai Bahasa Arab dan bisa berbahasa lainnya, mempunyai kepribadian lembut, tawadhu(rendah hati red) dan pandai bergaul," katanya.

Menteri Agama selaku wakil dari negara dan pemerintah, memulai upacara persada, yaitu upacara menandai dimakamkannya salah satu putera terbaik bangsa dan diikuti kemudian oleh tembakan salvo dan lagu gugur bunga saat jenazah diturunkan ke liang lahat.Sekitar 1.000 pelayat hadir dalam upacara pemakaman tersebut. Sebelum dimakamkan, jenazah sempat disholatkan di masjid yang berada di kompleks pondok pesantren tersebut. Bendera Merah Putih yang menyelubungi keranda jenazah kemudian dilipat dan diberikan kepada anggota keluarga KH Idham Chalid setelah jenazah diturunkan ke liang lahat.KH Idham Chalid meninggal pada usia 88 tahun, Minggu (11/7) karena sakit. Sejumlah tokoh agama maupun tokoh politik merasa kehilangan atas kepergian tokoh yang memiliki rekam jejak di bidang politik dan keagamaanitU. rin
( Sumber : http://bataviase.co.id )


PEMERINTAH TUNGGU USULAN IDHAM CHALID SEBAGAI PAHLAWAN

BOGOR Mantan Wakil Perdana Menteri, Mantan Ketua MPR/DPR, dan mantan Ketua Umum Tanfidziah PBNU KH Idham Chalid, Senin (12/7) dimakamkan di kompleks makam keluarga Pondok Pesantren Darul Quran, Cisarua, Bogor.

Upacara pemakaman kenegaraan dipimpin oleh inspektur upacara Menteri Agama Suryadharma Ali. Menteri agama selaku perwakilan dari negara, memulai upacara persada, yaitu upacara menandai dimakamkannya salah satu putra terbaik bangsa dan diikuti kemudian oleh tembakan salvo dan lagu . gugur bunga saat jenazah diturunkan ke liang lahat.Sekitar 1.000 pelayat hadir dalam upacara pemakaman tersebut. Sebelum dimakamkan, Jenazah sempat disalatkan di masjid yang berada di kompleks pondok pesantren tersebut

KH Idham Chalid meninggal pada usia 88 tahun, Minggu (11/7) karena sakit. Sejumlah tokoh agama maupun tokoh politik merasa kehilangan atas kepergian tokoh yang memiliki rekam jejak di bidang politik dan keagamaan itu.Sementara itu, Menteri Sosial Salim Segaf Al Jufri mengisyaratkan bahwa pemerintah menunggu usulan resmi bagi gelar pahlawan nasional untuk Kiai Idham Chalid supaya diproses. "Ant/G-1
( Sumber : http://bataviase.co.id )

PERGINYA TOKOH MODERAT
M Ikhsan Shiddleqy
JAKARTA-KH Idham Chalid mengembuskan napas terakhir pada usia 88 tahun di Pondok Pesantren Daarul Maarif, Cipete, Jakarta Selatan, Ahad (11/7), pukul 08.00 WIB. Jenazah mantan ketua umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama ini akan dimakamkan di Bogor, Senin (12/7). "Insya Allah dimakamkan pada Senin besok di Pesantren Darul Quran, Cisarua, Bogor," kata putra Idham Chalid, Saiful Hadi, kemarin. Almarhum selama 10 tahun ini berjuang melawan penyakit stroke. Beliau meninggalkan 16 anak, 40 cucu, dan seorang cicit.

Saiful mengenang ayahnya sebagai sosok yang sederhana. "Baik saat menjabat maupun tidak menjabat, beliau tetap bersahaja dalam keseharian," kata Saiful yang kini mendudukimanajer Pemberitaan Kantor Berita Antara.
Kiai Idham belum pernah menginap di hotel ketika bepergian atau menjalankan kunjungan dinas. Bahkan, kadang-kadang menginap di rumah warga. Sikap sederhana juga terlihat dalam kesehariannya yang tidak memakai telepon seluler dan kartu kredit hingga akhir hayat.

Dalam berpolitik, lanjut Saiful, Kiai Idham tidak pernah menyerang orang lain dan tidak pernah membalas ketika diserang oleh lawan politik. Tokoh kelahiran Kalimantan Selatan ini juga sangat nasionalis. Ini ditunjukkannya pada masa kemerdekaan ketika beliau menyetujui bergabungnya Kalimantan ke Indonesia. "Beliau pernah dituduh oleh beberapa sultan di Kalimantan

sebagai orang Kalimantan yang menjual Kalimantan kepada Soekarno. Tapi, beliau tetap pada sikapnya bahwa Kalimantan adalah bagian dari NKRI," kata Saiful.

Sejak kemarin siang, para pelayat yang berasal dari berbagai kalangan masyarakat, mulai dari politisi, menteri, dan pejabat tinggi, memenuhi rumah duka. Beberapa menteri yang tampak melayat antara lain Menteri Agama Suryadharma Ali yang juga ketua umum DPP Partai Persatuan Pembangunan (PPP) serta penceramah kondang KH Zanuddin MZ. Sementara itu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dijadwalkan akan melayat pada hari ini.

Idham Chalid sendiri semasa hidupnya sempat memimpin tiga partai, yaitu Partai Masyumi, Partai NU, serta sebagai deklarator PPP setelah fusi berbagai partai Islam pada awal 1970-an. "PPP merasa kehilangan atas kepergian Pak Idham Chalid," kata Suryadharma Ali.

Tentu saja warga Nahdliyin merasa paling kehilangan tokohyang selama 28 tahun ini memimpin NU di bawah dua era, yaitu Soekarno dan Soeharto. "Atas nama PBNU, kami mengucapkan belasungkawa yang sedalam-dalamnya dan mengimbau warga Nahdliyin ikut berdoa untuk beliau," kata Ketua Umum PBNU, KH Said Aqil Siroj.

Said Aqil mengenang Idham Chalid sebagai politisi yang moderat dan santun. "Beliau bisa diterima di mana-mana dan selalu berada di tengah serta tidak ekstrem," kata Said.

Dalam buku Napak Tilas Pengabdian Idham Chalid yang disunting oleh Arief Mudatsir Mandan, tokoh muda NU dan politikus PPP. kiprah dan peran Idham Chalid tergolong istimewa. Kalangan pengamat politik Indonesia banyak mencatat bahwa Idham Chalid merupakan seorang dari sedikit politikus Indonesia yang mampu bertahan pada segala situasi.

Dalam pandangan mantan ketua umum PBNU, KH Hasyim Muzadi, sikap luwes tokoh termuda yang pernah memimpin NU itu memang dimaknai berbeda olehberbagai pihak. Namun, sebagai pemimpin jamaah besar seperti NU, kearifan dan ketangguhan memang sangat dibutuhkan. "Orang yang mengerti Pak Idham menyatakan bahwa beliau orang yang istikamah dalam berbagai situasi, tetapi orang yang tidak cocok pasti mengatakan (beliau) oportunis karena dari masa ke masa selalu mendapat tempat," kata Hasyim.

Bukan hanya NU, Muhammadiyah juga merasa kehilangan. "Saya instruksikan seluruh warga Muhammadiyah untuk segera melaksanakan shalat gaib," kata Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Kalimantan Selatan, Adhijani Al Alabij.

Menurut Adhijani, peran tokoh asal Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kalimantan Selatan, itu dalam membesarkan organisasi NU dan PPP tidak diragukan lagi.

Wakil Ketua Umum PBNU, Slamet Effendi Yusuf, menegaskan bahwa almarhum adalah pahlawan karena memiliki andil untuk menyatukan bangsa. Untuk gelar pahlawan nasional, Slamet menyerahkan kepada pemerintah.

MENUMPAS PKI

Gelar pahlawan juga diwacanakan oleh tokoh masyarakat Bogor, Hanasuddin. Menurutnya, Kiai Idham telah memberikan yang terbaik bagi bangsa ini. Dia melanjutkan, tanpa keterlibatan Kiai Idham, Indonesia bisa berubah menjadi negara komunis.

Pada 1965-1966, saat terjadi gejolak yang melibatkan Partai Komunis Indonesia (PKI), Kiai Idham berdiri paling depan sebagai ujung tombak sipil dalam menumpas gerakan PKI. "Saya berharap pemerintah menghargai jasa para pahlawannya. Kiai Idham merupakan salah satu pahlawan dan sudah sewajarnya dianugerahi gelar pahlawan nasional," kata Hasanuddin.
( Sumber : http://bataviase.co.id )

KAMAR DIBIKIN SEPERTI RS, PERAWAT SIAGA 24 JAM
KH DR Idham Chalid, Meninggal setelah 10 Tahun Melawan Stroke

Indonesia kembali kehilangan tokoh pentingnya. KH DR Idham Chalid bin Muhammad Chalid yangkoma selama 10 tahun akhirnya menghembuskan nafas terakhir,kemarin (11/7). Seperti apa perjuangan anak-anak mantan Ketua MPR/DPR ini merawat orang tuanya selama sakit?

DEDI MIRWAN, Jakarta

SUASANA duka menyelimuti rumah KH Idham Chalid di Jalan RS Fatmawati. Komplek Pondok Pesantren Darul Maarif, Cipete, Jakarta Selatan. Lantunan Surat Yasin dan tahui menggema dari dalam rumah bercat putih tersebut. Karangan bunga ucapan duka cita memenuhi pintu masuk komplek Pondok Pesantren hingga halaman rumah.

"Kita sudah ikhlas bapak meninggal. Mungkin ini yang lebih baik untuk dirinya,"kata salah satu anak KH Idham Cholid. Syaiful Hadi Chalid, kepada INDOPOS. Ucapan duka cita datang dari sejumlah pe-jabat, misalnya Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Ani Yudhoyono. Wakil Presiden Boediono dan Herawati Boediono, juga Menteri Agama Suryadharma Ali. Puluhan pelayat juga datang silih berganti ke rumah duka. Sejumlah pejabat negara dan tokoh masyarakat datang untuk mengucapkan belasungkawa. Di antaranya. Menteri Agama Suryadharma Ali, Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal (PDT) Helmy Faisal Zaini, KH Zainuddin MZ. AM Fatwa. Agum Gumelar. Fami Idris, Hamzah Haz. Slamet Effendi Yusuf. Lukman Hakin. Ketua Umum Partai Demoktar Anas Urbaningrum, dan Gu-bemur Jakarta Fauzi Bowo.

Sebuah tenda besar besar ditempatkan di depan rumah duka untuk tempat pelayat. Jenazah almarhum sendiri ditempatkan di atas tempat tidur. Di dekatnya terdapat sebuah lukisan almarhum mengenakan baju putih sambil membaca Alquran

"Bapak bukan koma. Tapi kena stroke. Fungsi otaknya makin berkurang. Diajuga lumpuh. Syaraf-syarafnya sudah tidak berfungsi. Jadi cuma bisa tiduran di atas kasur aja" kata Rina Syaiful, menantu KH Idham Cholid. Dirinya tidak tahu pasti kapan mertuanya mengalami stroke. Sebab, saat itu dirinya di Belanda. Ketika pulang ke Indonesia, temyata sudah kena. Bahkan pada 1997, mertuanya kembali anfal.

"Kita membuat kamarnya seperti rumah sakit. Ada tabung oksigen, perawat 24 jam. Anak-anaknya yang sempat juga ikut menjaga. Perawatnya ada 3 orang. Tiap orang shif-shifan 6 jam," tambah Rina. Menurut Syaiful, sebenarnya bapaknya sudah lumpuh akibat stroke sejak 11-12 tahun lalu. Setelah itu, bapaknya langsung tidak bisa melakukan apapun. Untuk makan harus dimasukkan langsung ke Lambung menggunakan alat bernama Sonde Makanan yang dimasukkan berupa daging, susu, dan sayuran. Semuanya dalam bentuk cairan.

"KITA BUAT RUMAH SEPERTI RUMAH SAKIT.
Ada juru rawatnya. Kalau dirawat di rumah sakit mahal. Makanya dirawat di rumah. Kita merawat dengan segala kemampuan. Kami tidak ada banyak. Tapi akhirnya bisa," papar salah satu direktur di Kantor Berita Antara ini. Meskipun dirawat di rumah, lanjut anak kelima dari 16 bersaudara ini, tidak ada jadwal khusus untuk menjaga bapaknya. Selain ada perawat, di rumah tersebut juga tinggal adik dan kakak Syaiful. "Kita santai aja. Keluarga tinggal satu komplek di sini. Sejak itu kita merawat dengan penuh kesabaran," urainya.

Diakui Syaiful, bapaknya yang berusia 88 tahun tersebut memang memiliki record (catatan) terkena stroke. Bahkan, seorang dokter penan memberikan suntikan ke bapaknya. "Dulu seinget saya disuntik dokter. Dokter bilang kalau bisa selamat pasti lumpuh. Kita tentunya ikhtiar (berusaha)," katanya. Syaiful yakin, dalam perawatan dokter bapaknya dapat bertahan hidup untuk sementara. Sebab, ketiga perawat sangat profesional. Mereka sudah tahu kapan jam makan. Selain itu. tidak mungkin keluargamerawat tanpa bantuan.

"Awalnya rumah sakit yang memberikan rekomendasi. Tapi saya tidak tahu dari rumah sakit mana. Rumah sakit pusat angkatan darat (RSPAD) atau RS Pondok Indah. Awalnya bapak dirawat di RSPAD. Karena jauh, kami minta RS rujukan dan akhirnya dirujuk ke RS Pondok Indah yang lebih deket," ujarnya.

Seminggu sebelum meninggal, katanya, almarhum sempat dirawat di RS Pondok Indah karena susah bernafas. Setelah 10 hari dirawat, dokter memperbolehkan pulang. "Kondisi membaik dalam ani tidak lebih baik dari sekarang ini. Kita sudah menebak (akan meninggal). Tadinya harus operasi ginjal tapi tidak bisa karena jantung tidak kuat. Juga cuci darah tidak bisa karena jantungnya," paparnya.

Meskipun ltfmpuh, ayahnya sering dikunjungi rekan-rekannya. Biasanya, jika ada teman datang, almarhum suka menangis atau mengkedipkan matanya untuk berkomunikasi. Dikatakan Syaiful, ayahnya sangat suka dengan anak kecil. Bahkan, sebagian rumahnya dijadikan sebagai kelas bagi anak

TK. "Dulu waktu membangun gedung baru, TK kekurangan kelas. Akhirnya bapak bilang pakai aja rumahnya," katanya. Syaiful sangat ingat pesan yang ditekankan orang tuanya ketika masih hidup. Pesan tersebut adalah mempertahankan Darul Maarif sebagai sekolah sosial dan tidak boleh dikomersilkan. Pesan tersebut tentunya sangat berat dilakukan. Untuk itu, uang sewa ruko di Jalan RS Fatmawati digunakan untuk mensubsidi sekolah.

"Bayaran di sini lebih murah dari sekolah negeri. Bapak berpesan, saya tidak rela dunia akhirat kalau ini (sekolah) dikomersilkan. Dulu ada permintaan dari AL Azhar. Mereka akan mengelola manajemen sekolahnya. Karena itu saya dimarahin bapak. Katanya, kalau mau duit dibikin ruko saja," kenang Syaiful.

Pesan lain yang disampaikan bapaknya, kata Syaiful, adalah keinginan dimakamkan di samping Pondok Pesantren anak yatim di Darul Quran Cisaura. Sebenarnya, tempat tersebut tidak memenuhi syarat. Tapi, ayahnya tidak ingin dimakamkan di taman makam pahlawan. "Kalau di situ bisa didoakan anak yatim," katanya. ()
( Sumber : http://bataviase.co.id )

BAPAK FUSI PARTAI ISLAM BERPULANG
JAKARTA - Mantan Ketua MPR, Idham Chalid, telah berpulang. Tokoh NU, yang pernah menjabat wakil perdana menteri saat kabinet Moh. Roem terbentuk, itu meninggal dalam usia 88 tahun, Minggu (11/7) pukul 08.00 WIB, karena penyakit kanker. Idham yang lahir pada 27 Agustus 1922 di Setui, Kecamatan Kotabaru, Hulu Sungai Tengah, Kalimantan Selatan, adalah tokoh NU yang banyak malang melintang dalam perpolitikan nasional.

Dia adalah Ketua PBNU terlama yang memimpin organisasi Islam terbesar di Indonesia selama 28 tahun. Ia juga banyak menjabat posisi penting di lembaga negara. Selain itu, ia adalah orang pertama yang memimpin PPP.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengucapkan belasungkawa atas wafatnya mantan Ketua PBNU itu. "Presiden turut berduka dan mengucapkan belasungkawa sedalam-dalamnya," kata Juru Bicara Kepresidenan Julian Aldrin Pasha, di Jakarta.

Presiden juga menyatakan Idham Chalid adalah tokoh nasional yang memberikan sumbangan besar di bidang politik, keagamaan, dan pendidikan di Indonesia. "Beliau adalah tokoh bangsa, tokoh masyarakat yang banyak berkontribusi terhadap kemajuan bangsa dan negara," kata Julian. Ketua PBNU KH Said Aqil Siradj, mengatakan Kiai Idham Chalid adalah sosok ulama sekaligus politisi yang moderat dan santun. Beliau bisa diterimadi mana-mana dan selalu berada di tengah.

Wakil Ketua DPD AM Fatwa menjuluki Idham sebagai bapak fusi partai Islam. Menurut dia, Idham-lah tokoh utama di balik bergabungnya kekuatan Islam yang kemudian menyatu dalam satu biduk politik, yakni PPP. "Beliau sangat berjasa dalam menyatukan NU, Parmusi, PSII dan lainnya dalam PPP. Bahkan beliau adalah Presiden PPP yang pertama," ujarnya.

Selain Idham, negeri ini kehilangan orang-orang terbaiknya. Mantan Kepala Staf

Angkatan Laut Laksamana (pur) Rudolf Kasenda meninggal, dunia di Rumah Sakit Harapan Kita, Minggu, karena penyakit jantung yang dideritanya. Seorang kerabat dekat almarhum, Nico Somputan, mengungkapkan Kasenda meninggal sekitar pukul 08.00 WIB.

Laksamana Rudolf Kasenda adalah pria kelahiran Ran-tepao, Tana Toraja, Sulawesi Selatan, 15 Mei 1934. Dia menjabat Kepala Staf TNI Angkatan Laut dari 1986 hingga 1989.

Di hari yang sama. Brigadir Jenderal Purnawirawan Her-man Sarens Sudiro meninggal dunia pukul 11.00 WIB di Rumah Sakit Pusat Pertamina, Jakarta Selatan.

Rencananya, jenazah disemayamkan di rumah Herman di Jalan Daksa, Jakarta Selatan, dan dimakamkan Senin (12/7).

Herman Sarens semasa hidupnya lebih dikenal sebagai militer dari kesatuan kavaleri selain pernah menjadi diplomat, pengusaha, tokoh olah raga menembak dan berkuda, serta promotor tinju.

Ia lahir di Pandeglang, Banten, pada 24 Mei 1930. Darah militer mengalir dari ayahnya, Serma R Soediro Wirio Soehar-djo, Kepala Perlengkapan Batalyon IV, Resimen XI, Divisi II Siliwangi, yang gugur di tangan tentara Belanda pada 19 Desember 1947. ags/ant/G-1
( Sumber : http://bataviase.co.id )

ISLAH PKNU-PKB BARU WACANA, IDHAM BANTAH MAIN SENDIRI

SEKJEN Partai Kebangkitan Nasional Ulama (PKNU) Idham Cholied tidak mau disalahkan terkait munculnya komite islah PKB yang digagas Sekjen PKB Lukman Edy cs dua bulan lalu.

Dia menegaskan, tidak pernah mengambil keputusan- islah dengan partai apapun, termasuk dengan PKB.

Idham menjelaskan, harus dibedakan antara tantangan dan persoalan wacana publik dengan kebijakan partai. Kalau dirinya ikut berbicara dalam forum itu, menurutnya, tidak bisa dinilai bahwa dia bersedia islah.

"Untuk itu saya katakan, bahwa saya dan PK.XU belum pernah mengambil kebijakan soal islah. Tapi bahwa kita harus mengambil bagian dalam perbincangan itu harus, karena itu bagian dah keadaan politik kita." ujar Idham kepada Rakyat Merdeka, kemarin.

Membedakan atau memisahkan wacana dan kebijakan ini, lanjut Idham, harus diketahui terlebih dahulu.

Apalagi, tandasnya, pertemuan membahas islah itu tidak menghasilkan kesepakatan yangmengikatkan resmi.

"Kalau mengikat resmi lain soal, karena itu bagian dari kebijakan. Tapi kalau saya ketemu dengan siapapun, itu adalah hak saya. Lagian tidak hanya saya, temen-temen yang lain dan kiai-kiai juga melakukan hal yang sama. Masa pertemuan seperti itu mau dilarang." imbuhnya.

Kalau menghindari pertemuan dan menghindari wacana politik, sambung Idham, ma-cam politik seperti apa.

"Kan tidak ada kesepakatan atau kerjasama resmi dan tertulis. Kalau ada yang seperti itu, baru saya dikasih sanksi melalui pcr-bahasan rapat."

Diapun meminta kepada pihak-pihak yang mempersoalkan kehadirannya di forum islah untuk melihat lebih jelas duduk persoalan. Karena sampai kini belum ada keputusan islah.

"Kita bertemu masa dilarang. Komite islah itu wacana. Tapi saya ada tidak tanda tangan kesepakatan dengan PKB, ada tidak. Keputusan islah dan lainnya akan diputuskan oleh para kiai," katanya.

Sebelumnya, beberapa fungsionaris DPW PKNL menganggap sikap yang diambil Idham Cholied menyalahi aturan partai. Sebab, partai belum ada keputusan untuk melakukan islah dengan partai manapun.

Bukan hanya itu, para fungsionaris DPW juga mendesak agar DPP PKXU meminta klarifikasi kepada Idham Cholied terkait pernyataannya yang ingin mengawinkan PKNU dengan PKB. REN
( Sumber : http://bataviase.co.id )

TERUSKAN SEMANGAT IDHAM CHALID

JAKARTA-Salah satu kandidat calon Ketua Umum Gerakan Pemuda (GP) Ansor Syaiful Tamliha, mengaku memiliki semangat tersendiri yang mendasari niatnya berkontestasi merebut posisi tertinggi badan otonom (banom) kepemudaan Nahdlatul Ulama ini. Syaiful yang merupakan politisi PPP asal Kalimantan Se-laian mengaku ingin meneruskan semangat seniornya. Idham Chalid.

"Sebelum meninggal Pak Idham pernah bilang saya ini murid terakhir beliau. Saya memang banyak belajar dari beliau mulai dari soal agamahingga soal politik. Semua orang tahu kan kiprah beliau di NU dan didunia politik," kata anggota Komisi IV DPR ini di Jakarta, kemarin.

Syaiful Tamliha menceritakan, semasa sesepuh PPP ini masih hidup, dirinya memang termasuk santri tetap yang ikut mengaji di kediaman Idham Chalid di kawasan Cipete, Jakarta Selatan. Setiap Sabtu malamMinggu, Tamliha selalu mengikuti forum pengajian kita Hakam As-Sulthaniah yang diajarkan sang guru.

"Dari kitab yang diajarkan itu saya banyak belajar bagaimana menghargai orang lain, bagaimana tidak maker terhadap sebuahpemerintahan, dan bagaimana menyantuni orang lain," urainya.

Lalu apa kesamaan Syaiful Tamliha dan Idham Chalid? Idham Chalid yang notabene adalah Ketua Umum PB NU terlama di samping segudang kiprahnya baik di DPR-MPR maupun di pemerintahan, adalah putra asli KalimantanSelatan. Jika seorang Idham Chalid saja pada eranya mampu berkiprah dan menjadi tokoh nasional, maka demikian juga keyakinan SyaifulTamliha.

Di pertarungan Kongres GP Ansor 13-18 Januari mendatang, Syaiful harus bersaing dengan sedikitnya enam kandidat. Antara lain Chatibul Umam Wiranu, Marwan Jafar. Nusron Wahid, Abdul Malik haramain, Chairul Shaleh, dan Munawar Fuad, (dri)
( Sumber : http://bataviase.co.id )

DR KH IDHAM CHALID
DARI POLITIK BERALIH KE PESANTREN

la menjabat ketua umum PBNU selama hampir tiga dasawarsa.
uktamar ke-32 Nahdlatul Ulama (NU) di Makassar, baru saja berakhir pada Ahad (28 Maret 2010) dengan terpilihnya Rais Aam KH Sahal

Mahfudz dan Ketua Umum Tanfidziyah PBNU KH Said Aqil Siradj periode kepemimpinan 2010-2015. Kedua duet ini diharapkan mampu mengembalikan kejayaan NU.

Ketika semua mata tertuju pada perhelatan Muktamar ke-32 NU di Makassar itu, mungkin ada satu hal yang terlupakan oleh para muktamirin. Dialah Dr KH Idham Chalid. Dr KH Idham Chalid, yang telah memimpin organisasi Islam terbesar di Indonesia itu selama kurang lebih tiga dasawarsa (tepatnya 28 tahun-Red), kini tengah terbaring sakit di kediamannya di Cipete, Jakarta Selatan. Beliau sedang berjuang melawan penyakit lumpuh yang menginggapinya sejak beberapa tahun terakhir.

Diceritakan oleh Syaiful Hadi Chalid; pada acara pembukaan, ketika pimpinan rapat mengajak hadirin membacakan doa untuk para pengurus NU yang masih hidup, yang disebut hanya KH Sahal Mahfudz dan KH Hasyim Muzadi, tanpa menyebut nama Idham Chalid.

Mengapa nama Idham Chalid tidak disebut? Padahal, selama 28 tahun, dia menjadi ketua umum PBNU (1956-1984), ketua Umum PBNU yang paling lama selama ini. "Mungkin, banyak yang mengira, Ayah sudah meninggal dunia," ujar putra Idham, Syaiful Hadi Chalid, kepada Republika.

Alasan ini masuk akal. Karena, lebih dari 10 tahun, tokoh kelahiran Amuntai, Kalimantan Selatan, pada 27 Agustus 88 tahun lalu itu sedang berbaring sakit. Dalam keadaan lumpuh dan tidak bisa bicara, dia dirawat di kediamannya di Cipete, Jakarta Selatan, yang merupakan bagian dari kompleks Daarut Maarif yang didirikannya pada tahun 1983 saat tidak aktif lagi di bidang politik. Perguruan Islam yang sampai kini masih berkembang baik didirikan sebagai bentuk komitmen Idham Chalid untuk menekuni bidang dakwah.

Sebelum menjadi ketua umum PBNU, pada Muktamar ke-19 NU di Palembang (28 April-1 Mei 1952), Idham Chalid datang sebagai utusan dari wilayah Kalimantan Selatan dan anggota pengurus PBNU. Pada muktamar ini, Idham dinobatkan sebagai sekretris PBNU. "Di Palembang inilah, NU memutuskan memisahkan diri dan menjadi partai politik sendiri pisah dari Masyumi. KH Masykur terpilih sebagai ketua umum dan saya menjadi sekretaris," ujar Idham Chalid sebagaimana dikisahkannya dalam buku Napak Tilas Pengabdian Idham Chalid.

Idham mengakui, banyak reaksi yang muncul terhadap keputusan NU ini. Bahkan, ada yang menganggap sebagai kebijakan yang sangat keras dan dianggap dapat memecah umat Islam. Tapi, tokoh Masyumi, Dr Sukiman Wirjosanjojo, memaklumi keputusan keluarnya NU dari Masyumi.

Tak ada yang menyangka, keputusan NU keluar dari Masyumi dan menjadi partai politik tersendiri akan mampu bersaing dengan partai politik lainnya. Dalam Pemilu 1955 itu, NU tampil sebagai kekuatan terbesar ketiga setelah PNI dan Masyumi.

Sejak itulah, karier Idham makin berkibar. Ia sempat menduduki sejumlah posisi penting. Di bidang eksekutif, ia beberapa kali ditunjuk menjadi menteri, termasuk wakil PM pada Kabinet Ali Sastroamidjojo.

Ketika Bung Karno jatuh, Pak Harto

menunjuknya sebagai anggota Presidium Kabinet Ampera bersama Sultan Hamengku Buwono IX dan Adam Malik. Idham yang menguasai bahasa Arab, Inggris, Belanda, dan Jepang diangkat menjadi ketua MPR/DPR (1971-1977).

Demokrasi Terpimpin

Ketika Dekrit Presiden diumumkan pada 5 Juli 1959, saat itu pula Demokrasi Terpimpin ditegakkan. Pada 9 Juli 1959, susunan Kabinet Kaiya diumumkan dan Soekarno sebagai PM. Bung Karno kemudian membubarkan Masyumi dan PSI ketika kedua partai ini mengancam tidak menyetujui anggaran negara. Sebaliknya, Masyumi dan PSI membentuk Liga Demokrasi. Tidak lama kemudian, DPR Gotong Royong terbentuk.

NU mengalami perbedaan pendapat mengenai keabsahan keikutsertaannya dalam DPR GR ini. Di satu pihak, KH Bisri Syansuri, KH Dahlan, Imron Rosyadi, dan KH Achmad Siddiq menganggap DPR GR antidemokrasi. Bagi KH Bisri, ikut serta dalam sebuah DPR yang anggota-anggotanya tidak seluruhnya dipilih rakyat bertentangan dengan fikih.

Di lain pihak, KH Wahab Hasbullah menjelaskan bahwa NU tidak punya pilihan. Ia memaparkan semuanya, dari kemungkinan dilarangnya NU hingga keluarnya partai tradisional dari pemerintahan. Baginya, umat Islam belum siap melakukan politik konfrontasi menghadapi penguasa. Apabila NU ingin meninggalkan DPR. ia akan selalu melaksanakannya.

Idham selaku ketua umum dan sekjen Saifudin Zuhri menyatakan bahwa kebijakan PBNU memberi kesempatan kepada anggota NU yang ditunjuk kepala negara duduk dalam Kabinet Kaiya dan Dewan Nasional. Hal ini didasarkan untuk mencegah datangnya mudarat yang lebih besar daripada mencari kebalikan sebagaimana kaidah fikih yang berbunyi, Darul mafasid muqaddamum ala jalb al-masalih.

Bersaing ketat

Dalam jabatannya sebagai orang nomor satu di PBNU, karier Idham Chalid tidak selalu mulus. Ada pernak-pernik yang timbul selama masa kepemimpinannya.

Pada tahun 1970, dalam Muktamar NU di Surabaya, Idham bersaing ketat dengan Subchan ZE, tokoh muda NU yang sedang menanjak dan kala itu menjabat sebagai ketua I PBNU. Penulis, yang ketika itu ikut meliput Muktamar NU pada 40 tahun lalu, menyaksikan bagaimana kedua kubu saling bertarung. Pertarungan antarkedua kandidat ini semakin besar dengan munculnya suara-suara dari pendukungnya.

Dalam menghadapi pers, penulis menyaksikan gaya Idham Chalid yang tampak lebih tenang. Lebih-lebih saat berhadapan dengan para ulama. Ia menunjukkan sikap yang tawadhu.

Melihat kondisi yang demikian memanas, penulis awalnya memperkirakan bahwa persaingan itu akan dimenangkan oleh Subchan. Apalagi, dia sangat berperan dalam aksi-aksi pengganyangan Gestapu/PKI. Subchan adalah tokoh yang mendapat dukungan kelompok muda NU.

Namun, berkat kepandaian dan karismanya, Idham Chalid tetap dipercaya peserta muktamar untuk kembali memimpin NU.

Dalam Muktamar ke-27 NU tahun 1984 di Situbondo, Jawa Timur, yang dibuka oleh presiden Soeharto, terjadi keputusan penting. NU kembali ke Khitah 1926 yang menyatakan NU tidak lagi menjadi partai politik. Karena itu, NU tidak melakukan kegiatan politik praktis. Akan tetapi, seperti tulis Idham, sebenarnya gagasan untuk kembali ke Khitah 1926 telah diambil dalam beberapa muktamar sebelumnya. Salah satunya adalah Muktamar ke-23 tahun 1962 di Solo. Pada muktamar di Surabaya tahun 1971, juga muncul gagasan kembali ke Khitah 1926 dan juga muktamar di Semarang (1979).

Meski sudah sangat jelas, ternyata gagasan kembali ke Khitah 1926 baru sampai pada tingkat konsepsional. Sehingga, selama periode lima tahun setelah Muktamar ke-26, posisi NU tetap mengambang dan serbacang-gung dalam melangkah. Kaki yang satu sudah berada di luar PPP, tapi kaki yang lain masih terbenam di dalamnya. Posisi ini oleh sebagian ulama dirasakan sebagai krisis identitas.

Situasi ini telah menimbulkan konflik secara internal di kalangan ulama NU. Situasi ini semakin memprihatinkan setelah wafatnya Rais Aam PBNU.KH Bisri Syansuri dan sakitnya ketua umum Idham Chalid. Saat itu, semakin memanas perselisihan antara kelompok Cipete dan kelompok Situbondo. Kedua-duanya mendapatkan dukungan para ulama dan pimpinan NU di daerah-daerah. NU hampir terpuruk dalam jurang perpecahan.

Pada 2 Mei 1982, Idham Chalid didatangi empat ulama senior yang memintanya untuk mengundurkan diri dengan alasan kesehatan. Awalnya, Idham sempat memutuskan mengundurkan diri. Namun, pada 14 Mei 1982, Idham menegaskan, dirinya tetap berkiprah di NU hingga akhir kepemimpinannya. Pada Muktamar NU di Situbondo tahun 1984, Idham resmi mundur dari kepengurusan PBNU. Ia pun kemudian kembali ke jalurnya, berdakwah dan mengurusi lembaga pendidikan.

Tapi, Idham menjelaskannya kepada penulis bahwa seperti tradisi NU, perbedaan antara kedua kubu tidak sampai membawa permusuhan. Setelah saling memaafkan, para kiai sepuh dan Idham sering bertemu. Tidak ada dendam dan kebencian dalam hati saya," tutur Idham saat itu kepada Republika. ) sya
( Sumber : http://bataviase.co.id )

IDHAM CHALID, KIAI-POLITISI BERSAHAJA
Oleh D. YAHYA

"Sebagai seorang pemuda Islam kita harus mempunyai batin yang kuat. Perang sekarang tidak hanya perang senjata, tetapi juga perang batin. Senjata yang bagaimana jua pun lengkapnya kalau batinnya bobrok, tidak ada artinya. Akan tetapi, meskipun hanya dengan parang bungkul kalau batin kuat, kemenangan akhir pasti tercapai."i Ulham Chalid, Borneo Simboen, 24 Juli 1945, h.2.)

K.H. Dr. Idham Chalid, akrab disapa Pak Idham, wafat karena salat uzur pada Minggu, 11 Juli 2010, pukul 8.00 WIB di kediamannya, Kompleks Pesantren Darul Maarif, Cipete, Jakarta Selatan. Ia wafat pada usia 88 tahun. Pak Idham lahir pada 27 Agustus 1922 di Setui, Kalimantan Selatan. Ada dua buku yang mengabadikan jejak pengabdian Idham, Napak Tilas Pengabdian Idham Chalid

Tanggung Jawab Politik NU dalam Sejarah (Pustaka Indonesia Satu, 2008), dan Idham Chalid Guru Politik Orang NU (Pustaka Pesantren, 2007). Idham adalah figur kiai politisi pilih tanding. Ia bukan politisi karbitan yang dikatrol, ka-rena menjadi anak kiai besar, yang menjadi politisi "barokah" orang tuanya. Ia meniti karier dari bawah yaitu Amuntai, Kalimantan Selatan. Sosok Idham merupakanj contoh yang baik untuk ditiru pemuda daerah, yang ingin berkiprah di pentas politik nasional. Pertama, Idham memahami persoalan daerahnya. Sesuai latar belakang pendidikannya di Pesantren Gontor, Ponorogo, yang dilakukannya adalah memperbaiki sistem pendidikan di kampungnya.

Sebagai Kepala Sekolah Islam Panangkalan. Amuntai (Ma’had Rasyi-diyyah), ia menerapkan disiplin pendidikan ala Gontor hingga sekolah itu maju pesat Kedua, ia mampu mengorganisasi massa demi mencapai tujuan. Kemampuan itu dibuk-tikannya dengan mendirikan Ittihadul Maahid al Islamiyah (perkumpulan madrasah-pe-santren Islam). Organisasi ini berkembang tidak hanya di Amuntai, tetapi meluas ke Banjarmasin dan Kuala Kapuas. Lewat organisasi ini, ia memiliki identitas sebagai tokoh pendidikan Islam. Kutipan pidatonya sebagai pemuda Amuntai di awal tulisan ini, menunjuk-kan ia tokoh muda berkarisma.

Ketiga, Idham rela berkorban demi perjuangan. Ia mengalami masa-masa pahit hidup dari penjara ke penjara, karena membela nilai-nilai perjuangannya. Dengan cara ini, Idham telah "khatam" berkhidmat di daerahnya sebelum melanjutkan kiprahnya di Jakarta sebagai representasi tokoh Kalsel. Lingkungan NU Munculnya Idham sebagai Ketua Umum PBNU sejak 1956, membuktikan organisasi NU demokratis. Idham bukan dari Jawa dan bukan pula anak ulama besar. Bahkan, Idham tidak mengaji di pesantren kiai NU. Aktifnya, Idham di NU tak lepas dari kejelian Wachid Hasyim. Selain Idham, organisator lain yang "ditemukan" Wachid adalah Saifuddin Zuhri dan Zainul Arifin. Terbukti ketiga tokoh itu, yang sama-sama bukan "darah biru" NU, berhasil menjadi inti organisasi NU ketika tokoh-tokoh utama penggerak NU berguguran, Mahfuz Siddik (1935) dan Wachid Hasyim (1953)- Idham berhasil menjadi Ketua Umum PBNU selama 28 tahun (1956-1984), Saifuddin Zuhri menonjol di bidang Jurnalistik dan meninggalkan catatan paling banyak mengenai kiprah NU dan Zainul Arifin menjadi Panglima Tertinggi Hizbullah.

Salah satu kisah heroik dari Idham adalah perjalanannya menemani Kiai Wahab Chasbullah mengelilingi cabang-cabang Partai NU menjelang Pemilu 1955. Pada periode setelah memisahkan diri dari Masyumi, cabang NU berdiri hampirmerata termasuk di seluruh Jawa Barat Di salah satu kabupaten di Jawa Tengah, NU nyaris lumpuh. Ini tak lepas dari dampak pemisahan NU dari Masyumi. Pengurus NU yang banyak menjadi pegawai Departemen Agama memilih "sembunyi" karena Menteri Agama dijabat non-NU. Tinggallah sembilan orang yang masih bersedia diangkat sebagai pengurus Partai NU.

Di hadapan sembilan orang ini. Wahab dan Idham memberikan orasi politik layaknya di depan ribuan orang. "Yang baik bukan yang banyak. Yang banyak bukan berarti selalu baik, tetapi barang yang baik itu artinya banyak," kata Idham. Selesai melantik mereka sebagai pengurus dan mengatur strategi kampanye, keduanya "menginap" di masjid. Selesai berjamaah Isya, Idham tiduran melepas lelah, sementara Wahab meneruskan salat sunat. Menjelang subuh, Idham bangun dan mendapati Kiai Wahab masih salat sunat. "Insya Allah, pada masa kampanye nanti, kita ke sini akan disambut ribuan jamaah NU," ujar Kiai Wahab, membesarkan hati Idham. Terbukti, di kabupaten itu, suara Partai NU mencapai hasil signifikan.

Kisah yang sering diungkapkan Idham dalam pelatihan kader NU itu, sangat kontras dengan kondisi partai-partai berbasis NU sekarang. Karisma ulama tidak lagi mampu menjadi perekat umat nahdliyin, malah pada gilirannya karisma yang sudah memudar itu, masih diperebutkan untuk melegitimasi kepentingan kelompok elite tertentu di dalam partai Kedekatan dan ketaatan Idham pada kiai itulah yang membuatnya mampu bertahan lama sebagai Ketua Umum PBNU. Ia dianggap mampu memahami psikologis para kiai pesantren, sesuatu yang tidak dikuasai pesaingnya di internal NU. Idham baru berhasil "dilengserkan" dari PBNU setelah kemunculan Abdurrahman Wahid pada Muktamar XXVII di Situbondo, 1984.

Rumah Idham di Cipete kemudian menjadi pesantren Darul Maarif. Idham mudah membantu orang lain yang membutuhkan pertolongannya, apalagi jika yang memintanya adalah kiai-kiai pesantren dari daerah. Idham tetaplah bersahaja, santun, dan hangat. Tak terhitung kader NU yang berhasil diorbitkannya di pentas politik nasional. Di antaranya mantan wakil presiden Hamzah Haz, Menteri Agama Suryadharma Ali, dan dai Zainuddin M.Z., sekadar menyebut beberapa nama.Melihat kiprahnya, tidak berlebihan jika Idham dinobatkan sebagai Guru Politik Orang NU. Idham pernah menjabat Wakil Perdana Menteri (1956-57. 1957-59. dan 1966), Ketua DPR/MPR (1971-77), Ketua DPA (1978-83), dan lain-lain.Selamat jalan, Kiai, semoga politisi-politisi muda NU hari ini dapat belajar dan berkaca dari riwayat pengabdianmu.***Penulis, bergiat di Rumah Baca Buku Sunda, Bandung.
( Sumber : http://bataviase.co.id )

PPP USULKAN ALMARHUM IDHAM CHOLID PAHLAWAN NASIONAL

Jakarta, Pelita; Partai Persatuan Pembangunan (PPP) sebagai partai berazaskan Islam, kini menghadapi tantangan besar di internal partai berupa bergesernya nilaidan tingkat loyalitas kadernya sebagai dampak dari berkembangnya budaya materialisme dan hedonisme.
Demikian ditegaskan Ketua Umum DPP PPP Suryadharma Ali pada acara Tahlilan Tujuh Hari Mengenang Idham Chaliddan Peringatan Isra Miraj Nabi Muhammad SAW 1431 H\ di halaman Gedung DPP PPP. Menteng-Jakarta Pusat. Sabtu (17/7) malam.
"Pada masa sulit dulu, para kader partai mengorbankan apapun yang dimiliki demi PPP. Kini, kondisi itu (materialistik dan hedonisme-Red) membuat PPP tergeser lantaran tak sedikit kader dan simpatisan pindah partai," kata Suryadharma yang juga Menteri Agama Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) jilid 11 ini.
Suryadharma menyebutkan, kondisi itu membuat PPP saat ini harus berhadapan dengan tantangan besar. "PPP sebagaipartai berazaskan Islam berada dalam kondisi zaman yang mengedapankan materialistik dan hedonisme. Berbeda dengan -lalu, di mana semangat keislaman begitu kental." ungkap dia.
Seiring dengan tantangan zaman itu. Suryadharma meminta kader PPP bersatu dan menyatukan langkah untuk mengembalikan kejayaan PPP. terutama dalam menghadapi pemilu 2014 mendatang. "Para kader harus mengenyampingkan perbedaan agar partai kembali berjaya seperti dulu," katanya.
Lebih lanjut, Suryadharma pun berharap para kader PPP mampu menyisiati zaman agar tidak larut dalam budaya materialistik dan hedonisme yang mengakaibatkan pergeseran nilai dan loyalitas kader tersebut.

PAHLAWAN NASIONAL

Sementara terkait dengan peringatan tujuh hari mengenang almarhum Idham Chalid, DPP PPP melalui Ketua Umumnya Suryadharma Ali mengusulkan Idham Chalid sebagai Pahlawan Nasional atas pengabdi-annya kepada bangsa dan negara. Almarhum semasa hidupnya pernah menjabat Wakil Perdana Menteri (PM), Menteri Kesejahteraan, ketua DPR/MPR, dan Kelua DPA RI. Disamping itu, sebagai organisator, almarhum 28 tahun sebagai ketua umum, sekaligus deklarator dan presiden pertama PPP.
"Atas jasa dan pengabdian-nya yang luar biasa, PPP mengusulkan Dr. KH Idham Chalid sebagai Pahlawan Nasional, pada tanggal 13 Juli 2010, atau 2 hari setelah wafatnya pak Idham." ujar Suryadharma.
Seiring hal itu. PPP pun berharap keteladanan dan perjuangan almarhum Idham, dapat menjadi sumber semangat kembalinya kebesaran PPP ke depan.Dalam memperingati wafatnya Dr. KH Idham Chalid, disampaikan testimoni dari beberapa murid dan mitra kerjanya, antara lain dari Suryadharma Ali (Menteri Agama RT), Hasan Rahaya (mantan wasekjen PBNU era pak Idham), dan Chalid Mawardi (mantan dubes RI untuk Syria), Fuad Bawazier (mantan aktivis 66), Aisyah Amini (mantan ketua Komisi I DPR). Peringatan yang digelar cukup meriah ini dihadiri oleh pengurus teras DPP PPP, antara lain Wakil Ketua Umum Chozin Chumaidy, Sekjen Irgan Chairul Mahiiz. Ketua Lukman Hakim Syaifuddin (Wakil Ketua MPR) dan Bendahara Umum Suharso Monoarfa (Menpera RI), dan sejumlah pengurus harian lainnya. Mengambil hikmah Isra Miraj, Suryadharma mengingatkan, bahwa perjalanan Isra Miraj melibatkan masjid Al-Aqsho yang terletak di Yerus-salem. Palestina, dalam perjalanan spiritual nabi Muhammad SAW. Mengingat kantor DPP PPP terletak di depan kediaman resmi duta besar Pales-Una, DPP PPP mengharapkan kepadajamaah khususnya, dan umat Islam pada umumnya, untuk mendoakan agar, masjid Al-Aqsho yang bersejarah, tidak pernah dihancurkan dan akan tetap aman dalam lindungan Allah dari kaum agresor, (ay)
( Sumber : http://bataviase.co.id )

AKTIF DIBIDANG PENDIDIKAN

Idham mulai merintis berdirinya lembaga pendidikan atau perguruan Islam Darul Maarif pada 1954 di daerah Cipete, Jakarta Selatan. Pada 1955, lembaga pendidikan ini telah berdiri dan secara fisik bangunannya mulai terwujud meski dalam bentuk sederhana.
Namun, lembaga pendidikan Islam yang ditujukan bagi kalangan masyarakat menengah ke bawah, khususnya di wilayah Jakarta Selatan, tersebut baru resmi berbadan hukum pada 15 Desember 1959.
Tekad Idham mengembangkan pendidikan Islam tidak berhenti sampai di situ. Setelah Darul Maarif, dia mendirikan Lembaga Pendidikan Darul Quran yang disertai pendirian Rumah Yatim di Cisarua Bogor, Jawa Barat.
Menurut buku yang ditulisnya, saat ini Darul Quran memiliki sekitar 550 siswa yang belajar di unit pendidikannya, yaitu MTs dan SMA. Salah satu alumnusnya adalah Drs H Suryadharma Ali (kini menteri agama dan ketua umum PPP).
Sebelum mengalami kelumpuhan seperti sekarang ini. Idham Chalid sempat terserang stroke. Namun, Idham Chalid tetap aktif mengajar dan mengembangkan pendidikan di Darul Maarif.
Kini, kendati sudah tak terlibat lagi dalam kepengurusan PBNU. Idham Chalid masih menyayangi dan "mencintai organisasi yang telah membesarkan namanya itu. Bahkan, saat berlangsungnya Muktamar ke-32 NU di Makassar pada 22-28 Maret 2010 lalu, Idham menitipkan pesan agar NU fokus pada jalur dakwah dan keagamaan.
"Jangan sampai NU kembali ke politik praktis yang menyebabkan terjadinya konflik di antara pengurusnya," tuturnya kepada Republika. Bed sya
( Sumber : http://bataviase.co.id )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar