Petugas Haji Kloter 1 Embarkasi Banjarmasin 2010

Ketua Kloter (TPHI) : Drs.H.Munadi Sutera Ali, M.M.Pd. Pembimbing Ibadah : H.Sarmadi Mawardi,Lc.,S.Pd.I Dokter (TKHI) : dr.Hj.Nor Salehah Paramedis (TKHI) : H. Irpani,S.Kep Paramedis (TKHI) : H.Gunawan,S.ST. TPHD : Drs.H.Gazali Rahman,M.Si

Senin, 18 April 2011

TOKOH YANG DILUPAKAN ??????

KH IDHAM CHALID KINI
Oleh : Asro Kamal Rokan
Setelah berdoa mohon kesembuhan, saya mencium wajahnya yang bersih dan teduh. KH Idham Chalid tokoh besar bangsa, sejak sepuluh tahun lalu terbaring lemah. Sebuah selang dipasang di lambungnya untuk memasukkan makanan dan obat-obatan. Pak Idham tak dapat lagi berkomunikasi. Beliau terbaring dan lemah.
Pak Idham adalah tokoh penting dalam sejarah politik modern Indonesia. Atas jasa dan pengabdiannya. Maret lalu di Jakarta, Ketua PPP, Arief Mudatsir Mandan, menerbitkan buku Napak Tilas Pengabdian Idham Chalid setebal 466 halaman.
Dilahirkan di desa kecil Setui, Kalimantan Selatan, 86 tahun lalu, Pak Idham--yang berjuang sejak remaja dan dua kali dipenjara masa pendudukan NICA--memegang jabatan penting pada masa Soekarno dan Soeharto. Pada usia sangat muda, 30 tahun, Pak Idham sudah dipercaya sebagai sekretaris jenderal PB Nahdlatul Ulama. Empat tahun kemudian, 1956, menjadi ketua umum Tanfidziah PBNU.
Pada tahun yang sama, 1956, Pak Idham dari unsur NU menjadi Wakil Perdana Menteri pada Kabinet Ali Sastroamidjojo II bersama Mr Mohammad Roem. Kabinet ini dikenal sebagai kabinet Ali-Roem-Idham. Dalam kabinet ini, Pak Idham bertugas pula sebagai kepala Badan Keamanan.
Penyusunan kabinet hasil Pemilu 1955 ini sangat alot. Presiden Soekarno mendesak agar unsur PKI masuk dalam kabinet, yang disebutnya sebagai Kabinet Kaki Empat (PNI, Masjumi, NU, PKI). Namun, Ali Sastroamidjojo (PNI), Mohammad Roem (Masjumi), dan Idham Chalid (NU) menolak dengan keras usul Soekarno itu. Ali bahkan sampai pada keputusan: take it or leave it!
Setelah setengah bulan, Soekarno akhirnya menerima susunan kabinet yang diajukan Ali itu. Namun, Soekarno tidak bersedia memimpin pengambilan sumpah menteri kabinet. Presiden hanya menyaksikan setiap menteri membaca teks sumpah sendiri-sendiri. Ini tidak pernah terjadi. "Kalau beliau (Soekarno) tidak senang, memang begitu," kata Ali pada Pak Idham yang menanyakan keganjilan tersebut.
Kabinet yang tak direstui Presiden ini hanya bertahan setahun. Menyusul penarikan dukungan Masjumi dan PSII terhadap kabinet, Ali dan Idham akhirnya mengembalikan mandat. Kabinet berakhir, 14 Maret 1957. Ini disusul keputusan Soekarno memberlakukan keadaan bahaya perang (SOB--Staat van Oorlog en van Beleg). Presiden kemudian menunjuk dirinya sendiri menjadi formatur kabinet. Ini dianggap melanggar konstitusi. Dalam kabinet ini, Djuanda menjadi Perdana Menteri, Pak Idham kembali dipercaya menjadi wakil Perdana Menteri.
Dalam perkembangan politik yang berlangsung sangat cepat, Pak Idham tetap mengambil peran penting. Beliau dipercaya menjadi wakil ketua MPRS (1963-1966), menteri Kesejahteraan Rakyat (1966-1967; 1967-1968; dan 1968-1973). Pada 1971-1977, Pak Idham dipercaya sebagai ketua DPR/MPR.
Pada masa itu pula, 1973, Pak Idham menjadi ketua umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) pertama. Di NU, posisinya sebagai ketua umum berakhir pada 1984. Terakhir, 1978-1983, Pak Idham menjadi ketua Dewan Pertimbangan Agung dan Mudir'Am Jam'iyyah Ahlith Thariqoh al-Mu'tabarah an-Nahdliyyah.
Setelah tidak lagi di politik, Pak Idham memimpin Perguruan Darul Ma'arif di Cipete Selatan, Jakarta Selatan, selain Lembaga Pendidikan Darul Qur'an dan Rumah Yatim di Cisarua. Di Cipete kediaman Pak Idham, ratusan santri--anak-anak dhuafa, bahkan di antaranya ada yang telah menjadi pejabat dan menteri--dididik ilmu agama. Di sini, setiap hari di tengah derai senda gurau para santri, Pak Idham terbaring lemah. Tiga bulan setelah tidak berkuasa, Pak Harto mengunjungi tokoh besar ini. Pak Habibie dan Gus Dur semasa menjadi presiden, juga datang ke sana.
Tanpa sedikit pun biaya dari negara, selang di lambung Pak Idham harus selalu diganti dengan biaya tidak sedikit. Tiga rumah telah terjual untuk biaya pengobatan terus-menerus itu.
Pak Idham kini terbaring dalam kehangatan cinta anak-anaknya. Beliau tokoh besar bangsa--tokoh yang berjuang untuk Indonesia yang seimbang dan harmoni--seperti dilupakan oleh negara besar ini, negara yang diperjuangkannya, yang dicintainya.
( Sumber : http://klikpolitik.blogspot.com )

1 komentar:

  1. The Best Slots | Casino Roll
    The best slots at https://septcasino.com/review/merit-casino/ Casino 바카라 사이트 Roll. If you love table https://sol.edu.kg/ games, to play งานออนไลน์ blackjack, you have jancasino.com to bet twice for the dealer to win. The dealer must

    BalasHapus